FAKTA Unik - 10 Fakta Menarik Tentang Perseteruan Real Madrid Vs Barcelona FC
El Clasico (bahasa Inggris: The Classic), juga dikenal sebagai
El Derbi Español atau
El Classic
adalah nama generik yang diberikan untuk setiap pertandingan sepak bola
antara FC Barcelona dan Real Madrid. Hal ini ditentang setidaknya (dan
biasanya) bi-setiap tahun sebagai bagian dari kompetisi La Liga Spanyol,
dengan maksimum sembilan pertandingan tahun, dengan dua tambahan di
Copa del Rey, Liga Champions, dan Supercopa de España, dengan lain
mungkin dalam UEFA Super Cup. Selain Final Liga Champions, itu adalah
klub yang paling mengikuti pertandingan sepak bola di dunia, disaksikan
oleh ratusan juta orang.
Persaingan itu muncul sebagai Madrid dan Barcelona adalah dua kota
terbesar di Spanyol, dan dua klub adalah klub sepakbola paling berhasil
dan berpengaruh di negeri ini. Real Madrid telah mengumpulkan 73 piala
dan Barcelona 68, sementara Athletic Bilbao datang ketiga dengan 32
piala. Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan lawan posisi politik,
dengan Real Madrid dan Barcelona mewakili nasionalisme dan nasionalisme
Catalan Spanyol masing-masing.
1. Lebih dari sekedar batas geografi
Liverpool vs Everton, Arsenal vs Spurs, dan AC Milan vs Intermilan
adalah pertandingan-pertandingan derby panas dan sarat emosi. Fakta ini
tidak bisa dipungkiri. Walaupun tradisi dan emosi dari rivalitas mereka
begitu luar biasa, namun secara fundamental, persaingan tersebut
hanyalah sebatas daerah geografis. Persaingan kedua tim hanyalah karena
mereka mempunyai markas yang berdekatan satu sama lain. Jadi demi
menjaga gengsi dan mengukuhkan siapa yang paling hebat dalam wilayah
yang sama, timbullah rivalitas. Namun, persaingan antara Barcelona dan
Real Madrid melebihi batas-batas wilayah. Rivalitas mereka abadi, karena
yang ikut bersitegang adalah ibu kota dengan daerah yang hendak
merdeka.
2. Catalunya vs Castille
Barcelona dan Madrid merupakan dua kota terbesar di Spanyol. Hal itu
saja sebenarnya sudah cukup untuk membentuk suatu rivalitas. Namun,
mereka juga adalah tuan rumah dari dua daerah yang sangat berbeda baik
secara kultur dan emosi. Dua kota tersebut juga menghasilkan dua
‘mahzab’ intelektual yang berbeda, dan tentu saja, berseberangan satu
sama lain. Barcelona adalah Catalan, Madrid adalah Castillian.
Orang-orang Catalan adalah masyarakat yang bebas, sedangkan Castille
lebih seperti Keraton-nya Spanyol dan pusat pemerintahan. Perseteruan
memuncak ketika Jenderal Franco, orang Madrid, yang beraliran fasisme,
ingin ‘membasmi’ daerah Catalan. Jadi, ketika El Clásico digelar dan
dimenangi Barcelona, ini merupakan kemenangan seluruh rakyat Catalunya
dalam membebaskan diri dari tirani pusat. Jika yang menang adalah Real
Madrid, berarti ini adalah kemenangan pemerintah dalam upaya menegaskan
kekuasaannya.
3. “Everyone picks a side”
Pernyataan di atas adalah perseteruan ideologi, sosial, dan politik
antara kebudayaan daerah yang ingin merdeka dengan pemerintah pusat yang
kuat, dan tidak hanya melibatkan FC Barcelona dan Real Madrid, atau
Catalunya dan Castille, tetapi juga seluruh masyarakat Spanyol. Ketika
duel El Clásico berlangsung, dapat dipastikan, seluruh orang di Spanyol
akan terbagi dua. El Clásico mempunyai fungsi yang ‘unik’ yaitu sebagai
‘pembatas transparan’ antara dua daerah dalam satu negara. Suporter dari
klub lain, siapa pun mereka, akan memilih salah satu di antara
Barcelona dan Real Madrid, berdasarkan kepentingan dan ideologi
masing-masing, everyone (should) picks a side.
4. Merupakan anggota dari Liga Terbaik di dunia
Apapun konteks-konteks budaya yang terdapat pada duel El Clásico, tidak
akan ada orang luar yang peduli pada pertandingan tersebut ia jika
terdapat pada, misalnya, Liga Domestik Siprus. Tapi ini tidak. Duel
tersebut berasal dari La Liga Primera, yang merupakan liga terbaik di
dunia berdasarkan penilaian FIFA (dalam diskusi debate panjang lainnya,
liga-liga lain mungkin saja muncul sebagai liga yang lebih baik, namun
setidaknya La Liga adalah salah satu liga sepakbola terbaik di dunia),
jadi seluruh perhatian insan sepakbola pasti tertuju ke sana.
5. Menampilkan dua klub terbaik dari La Liga
Tidak hanya gengsi, namun dominasi kedua tim di La Liga merupakan
jaminan panasnya pertandingan ini. Karena kedua tim biasanya berada di
pucuk klasemen, maka hasil dari El Clásico menjadi sangat menentukan
siapa yang akan merajai liga pada akhir musim. AC Milan vs Intermilan
mengkin adalah derby perseteruan dua klub papan atas Serie A, tetapi di
sana juga terdapat Juventus dan AS Roma untuk disaingi. Sehingga,
kadang-kadang, tifosi merasa pertandingan AC Milan vs Juventus atau
Intermilan vs AS Roma menjadi sama krusialnya. Dan hal ini menjadikan
signifikasi partai derby kota Milan agak berkurang. Lain halnya dengan
Barcelona vs Real Madrid yang begitu menentukan. La Liga memang bukanlah
pacuan dua ‘kuda’ saja, tetapi selalu ada dua kuda berwarna ‘merah
biru’ dan ‘putih-putih’ yang ikut serta. Dua kuda ini juga belum pernah
terdegradasi ke divisi bawah (dan sepertinya tidak akan pernah, baik itu
karena kualitas maupun lobi politik mereka yang kuat di Spanyol).
6. Dan pemain-pemain terbaik di dunia
Karena Barcelona dan Real Madrid merupakan dua di antara klub-klub
terkaya di dunia, mereka selalu dihuni oleh pemain-pemain terbaik pula.
Misalnya, ketika Lionel Messi cedera, di bangku cadangan sudah ada
Henry, Deco, atau Ronaldinho. Kita juga masih ingat Madrid pernah dihuni
pemain sekelas Zidane, Ronaldo, Raúl, Figo, Beckham, dan Roberto Carlos
yang bermain bersamaan. Ketika El Clásico berlangsung, kita seperti
melihat uang ratusan jutaan dollar sedang ‘berlari-lari’ di atas
lapangan.
7. Juga beberapa talenta lokal
Di samping belanja pemain-pemain kelas dunia tersebut, kedua tim juga
dipenuhi oleh talenta-talenta lokal binaan kubu masing-masing. El Barça
punya Valdés, Puyol, Xavi, Iniesta, dan Bojan yang merupakan
produk-produk dari akademi sepakbolanya, sedangkan Messi dan Giovanni
adalah anak-anak muda yang bersekolah di Barcelona sejak kecil.
Sedangkan Los Blancos punya Casillas, maskot tim Raúl, dan Guti yang
merupakan didikan akademi Madrid. Dan hebatnya, pemain-pemain ini adalah
anggota timnas Spanyol. ‘Rasa’ lokal ini menjamin bahwa tak seorang pun
di lapangan yang akan melupakan aspek-aspek budaya yang
melatarbelakangi El Clásico. Arsenal mungkin diisi pemain-pemain muda
bertalenta, namun nyaris tidak ada pemain asli Inggris di sana.
Manchester United sekarang hanya tinggal menyisakan pemain tua seperti
Giggs dan Scholes sebagai binaan asli mereka. Itulah bedanya dengan El
Clásico.
8. Sejarah transfer yang ‘kontroversial’ antara kedua tim.
Sebagai dua klub terkuat dan terkaya di Spanyol, tak dapat dihindari,
Barcelona dan Real Madrid akan berebut mendapatkan tanda tangan pemain
top. Salah satu dari kasus tersebut adalah ketika kedua klub berniat
mengontrak pemain River Plate, Alfredo Di Stefano pada tahun 1953.
Transfer tersebut sangat kontroversial dan merupakan salah satu pemicu
‘kerasnya’ El Clásico. Sebuah kontrak janggal dilakukan ketika Di
Stefano menandatangani proposal kedua klub sekaligus. Ia akan bermain
dua musim untuk Real Madrid (yang menghubungi lebih awal) dan dua musim
untuk Barcelona.
Namun, setelah melihat debut pertamanya di Real, El Barça setuju untuk
melepaskan Di Stefano secara permanen. Hal ini masih menjadi perdebatan:
Pertama, bahwa Barcelona melihat penampilan Di Stefano yang kurang
menjanjikan dalam debutnya. Kedua, ada indikasi bahwa Barcelona ditekan
oleh diktator Jenderal Franco yang pro-Madrid, yang mengancam akan
memberlakukan larangan untuk pemain asing bermain di La Liga.
Tren ini pun terus berlanjut; kedua tim terus bersitegang untuk
mendapatkan pemain-pemain top (seperti yang mereka lakukan pada David
Beckham tahun 2003). Namun tidak ada yang lebih ‘menyakitkan’ selain
ketika salah satu pemain dari tim ini hengkang ke tim lainnya, seperti
yang terjadi pada Luis Enrique, yang pindah dari Madrid ke Barcelona,
atau kasus Luis Figo pada tahun 2000, yang hijrah dari Azulgrana ke Los
Merengues dan memecahkan rekor transfer (sebelum Zidane) sebesar 65 juta
Euro. Dan ketika kembali ke stadion mantan klubnya, cemoohan, teriakan,
bahkan lemparan kepala babi harus mereka terima. Semuanya karena
atmosfir ‘neraka’ El Clásico.
9. Ukuran stadion
Santiago Bernabéu stadium
Camp Nou Stadium
Nama besar kedua klub ternyata juga didukung oleh besarnya stadion yang
mereka miliki. Baik Camp Nou maupun Santiago Bernabéu merupakan stadion
elit dan raksasa sehingga menjanjikan atmosfer yang luar biasa. Camp Nou
bahkan merupakan stadion berkapasitas terbesar di Eropa, yaitu sanggup
menampung 98.772 kursi. Sebelum direnovasi, stadion ini malah pernah
terisi 200 ribu penonton dalam salah satu El Clásico. Sedangkan Santiago
Bernabéu mampu menampung 80.400 Madridistas dan dinobatkan sebagai
salah satu stadion berfasilitas terbaik di dunia.
10. Menghasilkan tontonan sepakbola yang berkualitas
Jika yang terjadi di lapangan adalah sebuah tontonan yang mengecewakan,
semua poin di atas tidak ada artinya. Dan tanah Spanyol akan menjadi
tempat yang menyedihkan jika semua orang menunggu-nunggu partai yang
diadakan sekali dua tahun ini, hanya untuk menyaksikan pertandingan yang
menyisakan buruk dan membosankan. Tapi tidak. Pertandingan El Clásico,
secara tradisi, selalu mempertontonkan sepakbola berkualitas, menyerang,
atraktif, penuh skill, dan aroma ‘membunuh’ yang dahsyat. Skor-skor
menakjubkan, seperti 3-3, musim lalu di Camp Nou adalah contoh betapa
alotnya pertandingan ini.
Fakta - Fakta Lain
- El Clasico di Spanyol untuk pertama kalinya dilangsungkan pada 17 Februari 1902.
- El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona tidak hanya terjadi di
lapangan, tapi juga dalam bursa transfer. Kasus yang paling terkenal
adalah perebutan Alfredo Di Stefano di tahun 50-an. Kedua tim sama-sama
mengklaim telah mendaftarkan pemain legendaris Argentina itu sebagai
pemain dan membayar transfer ke River Plate. FIFA akhirnya
mengintervensi dan meminta kedua tim saling berbagi jatah musim untuk Di
Stefano. Namun Barcelona memilih mundur dan Real Madrid membayar
kompensasi kepada rival utamanya itu.
- Real Madrid dan Barcelona juga saling bersaing dalam hal jumlah
suporter. Hasil riset terakhir Mei 2007, 32.8 persen fans sepakbola di
Spanyol lebih berpihak pada Real Madrid, sementara 25.7 persen berkubu
Barcelona.
- Di kompetisi domestik La Liga Spanyol, El Clasico dinihari nanti di Santiago Bernabeu menjadi edisi ke-160.
- Raul Gonzalez menjadi pemain yang paling sering mencetak gol di El Clasico. Total, dia sudah melesakkan 11 gol.
- Total ada 24 pemain yang saling bertukar klub dalam satu sesi
transfer, baik itu dari Barcelona ke Real Madrid, atau Real Madrid ke
Barcelona. Proses transfer yang paling menyita perhatian adalah Luis
Enrique (Madrid ke Barca di tahu 1996) dan Luis Figo (Barca ke Madrid di
tahun 2000).
Sumber:
http://zamrudhijau.blogspot.com/2012/08/10-fakta-menarik-tentang-perseteruan.html#ixzz24ZbQKJkt